Social Icons

Senin, 15 April 2013

Perlunya Keseimbangan Otak Kanan dan Otak Kiri

Mungkin Anda pernah mendengar bahwa jika kita mampu menyeimbangkan kerja antara otak kanan dan otak kiri, maka kita dapat menyelesaikan setiap pekerjaan atau memecahkan persoalan dengan lebih mudah. Bagaimana cara melatihnya?
Memang, jika berhasil menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, maka akan lebih mudah menangani permasalahan yang ada. Menurut psikolog Tuti Indra Fauziansyah, pada umumnya, fungsi otak kanan lebih banyak berhubungan dengan aspek nonverbal, imajinasi, visual, artistic kreatif, intuisi, sedangkan otak kiri banyak berhubungan dengan aspek verbal, fakta, angka, logika, rasional, dan analisis.
Melihat fungsi tersebut, maka jika kita ingin lebih mengaktifkan otak kanan, salah satu bentuk latihannya adalah dengan banyak melakukan imajinasi, berlatih melukis, menari, mendengarkan musik sambil membayangkan suasanan yang ada, dan mengaitkan hal-hal yang tidak berhubungan secara kasatmata.
Sementara, untuk melatih otak kiri, dapat anda lakukan dengan mengumpulkan data, berhitung, menyelesaikan kasus secara logis, dan sebagainya. Sebetulnya, perasaan dan logika memang dua hal yang tidak dapat dicampurkan.

Yang dapat Anda lakukan adalah menyeimbangkan fungsi keduanya. Dengan begitu, Anda tidak terlalu dingin karena hanya mengandalkan rasio, atau terlalu lembut dan tidak tegas karena terlalu mengandalkan perasaan. Jadi, langkah terbaik adalah menggunakan keduanya sesuai dengan situasi dan permasalahan yang dihadapi. (sumber : http://www.indo7soft.com/newspot.php?id=42)
 
Cukup banyak artikel yang membahas mengenai “perkembangan Otak Kiri dan Otak Kanan”, tetapi banyak pembaca yang belum mengetahui apa pengaruh otak kiri dan otak kanan pada cara berpikir.
Otak Kiri bekerja untuk mengatur kemampuan seseorang pada nalar, tulisan, berhitung dan berlogika. Kerusakan pada otak kiri dapat berakibat gangguan ingatan jangka pendek, berbicara dan logika matematika. Maka, untuk mempertahankan otak kiri supaya bekerja dengan baik, kita dapat bermain puzzle, belajar berhitung atau ilmu pasti lainnya.

Otak Kanan mempunyai fungsi berpikir kreatif dan biasanya memberikan kemampuan seseorang untuk berkhayal, mencurahkan emosi, membedakan warna, dan ilmu ruang. Otak kanan mempunyai kemampuan untuk menyimpan memori jangka lama. Maka itu, apabila seseorang kena penyakit stroke atau tumor otak, maka yang akan terganggu adalah kemampuan visual dan emosi. Untuk menjaga ketajaman otak kanan, maka kita perlu mendengarkan atau memainkan musik.

Pelajaran di sekolah formal (TK, SD, SMP dan SMA) umumnya me-aktifasi OTAK KIRI. Bagaimana tidak, lihat saja kurikulum sekolah kita. Pelajaran Matematik atau ilmu pasti mempunyai porsi yang lebih banyak daripada pelajaran lainnya. Belum lagi pelajaran yang harus menghafal, juga merupakan pelajaran yang me-aktifasi berpikir secara logis.

Beberapa sekolah yang cukup bagus di negeri ini, hanya memberikan test Matematika untuk masuk SMP dan SMA. Begitu pentingnya pelajaran Matematik bagi sekolah ini dan mereka yakin bahwa murid yang jago matematik, nalar pikiran mempunyai dasar yang kuat dan akan mudah untuk mempelajari pelajaran IPS (tidak sebaliknya yang mana murid IPS tidak akan bisa belajar ilmu pasti dengan baik).

Dengan pelajaran di sekolah yang lebih me-AKTIFASI OTAK KIRI, ada BAHAYA LATEN yang bisa mengancam, yaitu otak yang kurang seimbang, terutama pada OTAK KANAN. Lemahnya OTAK KANAN menyebabkan anak berbicara kasar dan TIDAK KO_OPERATIF & KREATIF pada cara berpikirnya - dalam hal ini anak TIDAK mempunyai EQ (emotional intelligent). Sebagai sekolah musik yang telah mengajar berbagai macam sifat murid, kami sangat menyayangkan apabila bertemu dengan anak pandai/pintar, tetapi tidak mempunyai perasaan atau sangat kasar sekali dalam berkata.

Salah satu solusi untuk me AKTIFASI OTAK KANAN adalah memberikan anak PENDIDIKAN MUSIK KLASIK. Pada saat belajar musik klasik, anak harus membaca not balok, dan ini berarti dia harus menghitung (karena tiap not balok ada harga ketukannya). Pada waktu memainkan musik, anak harus mengetahui dinamik dari lagu. Sebagai contoh, anak harus dapat memainkan lagu dengan “Piano” (lembut) atau “Forte” (keras) secara silih berganti. Dia harus bisa memainkan lagu dengan jelas apabila ada tanda “Crescendo” (dari halus makin keras) atau “Decrescendo” (dari keras ke halus). Ada juga teknik bermain secara “Legato” (menyatukan not menjadi suatu kesatuan) atau “Staccato” (memainkan not dengan terpatah patah). Hal ini tentunya membutuhkan dan me-aktifasi konsentrasi di OTAK KANAN, karena harus dirasakan (FEEL), bukannya di pikir (THINK).

Selain itu, memainkan alat musik telah dibuktikan me-aktifkan hubungan saraf mata dan motorik. Sewaktu membaca not balok, mata harus melihat semua tanda not, kemudian masuk ke otak dan di proses, kemudian otak memerintahkan otot motorik pada lengan dan jari untuk memainkan musik. Selain itu, indera pendengaran harus juga aktif untuk membedakan dinamik dari lagu tersebut.
Dengan contoh diatas, anda sudah tentu percaya bahwa pendidikan musik memberikan solusi yang komprehensif bagi seimbangnya otak kiri dan kanan, bahkan me-aktifasi semua saraf (indera penglihatan, pendengaran dan motorik).

 (sumber : http://www.dutanada.com/artikel-pendidikan/149-menyeimbangkan-otak-kanan-dan-otak-kiri-dengan-musik-klasik.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar